Misteri Kematian Mateus Lambiombir: Dugaan Penganiayaan Oknum Polisi atau Penyakit Malaria?

Misteri Kematian Mateus Lambiombir: Dugaan Penganiayaan Oknum Polisi atau Penyakit Malaria?

Smallest Font
Largest Font

MAHATVA.ID – Kematian tragis Mateus Lambiombir (15), seorang remaja kelas 3 SMP, menjadi perbincangan hangat setelah muncul dugaan penganiayaan oleh oknum polisi Polres Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT). Di tengah berbagai spekulasi, dua pihak keluarga korban dan kepolisian saling memberikan keterangan yang berbeda mengenai penyebab kematiannya.  

Kronologi Versi Kepolisian: Mateus Meninggal Akibat Malaria

Menurut keterangan resmi Polres KKT, Mateus awalnya mengeluhkan sakit hingga keluarganya membawanya ke Desa Waturu untuk pengobatan tradisional berupa pijat. Namun, kondisinya tidak kunjung membaik, sehingga ia dirujuk ke Puskesmas Kecamatan Kormomolin untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.  

Di puskesmas, Mateus sempat menjalani perawatan selama dua hari. Berdasarkan pemeriksaan dokter, ia didiagnosis menderita malaria. Karena kondisinya semakin memburuk, ia akhirnya dirujuk ke rumah sakit, di mana hasil laboratorium mengonfirmasi bahwa Mateus memang positif malaria.  

Menurut kepolisian, perjalanan penyakit ini menunjukkan bahwa almarhum telah sakit sebelum meninggal, tanpa ada kaitannya dengan dugaan penganiayaan.  

Kesaksian Saksi: Mateus Diduga Dipukuli Oknum Polisi

Namun, keterangan kepolisian ini dibantah oleh saksi yang mengaku berada satu ruangan dengan Mateus saat pemeriksaan di Polres KKT.  

Menurut saksi, saat diinterogasi terkait keributan di Desa Kelmasa dan Lumasebu, seorang oknum polisi bertanya kepada Mateus.

"Pukul pakai tangan mana?" Saat Mateus menjawab, "Tangan kanan," oknum polisi langsung memukul rusuk kanan Mateus. Ketika Mateus mencoba menangkis pukulan, serangan terus berlanjut ke arah rusuk kiri dan kanan secara bertubi-tubi.  

Keterangan ini diperkuat oleh pengakuan perangkat desa yang merekam pernyataan saksi. Dalam video tersebut, saksi menyebutkan bahwa ada tiga oknum polisi yang terlibat, dua di antaranya menampar, sementara satu lainnya melakukan pukulan keras ke rusuk Mateus.  

Kepala Desa: Warga Awalnya Mengira Akan Ada Mediasi

Kepala Desa Kelmasa juga turut memberikan kesaksian bahwa awalnya ia mengira kasus ini akan diselesaikan secara kekeluargaan di Polsek Kormomolin. Namun, setelah dua warga dijemput, polisi kemudian membawa mereka langsung ke Polres KKT dengan alasan bahwa tidak ada penyidik di Polsek.  

Setelah dua hari, kepala desa datang ke Polres untuk musyawarah bersama KBO. Saat itu, para warga yang diperiksa diberikan kebebasan dengan status wajib lapor. Namun, korban dan rekan-rekannya tidak memberitahukan kepada siapa pun bahwa mereka telah mengalami kekerasan selama pemeriksaan.  

Pengakuan Muncul Setelah Mateus Meninggal Dunia

Tragedi ini semakin mengundang tanda tanya besar setelah Mateus meninggal dunia pada Rabu, 29 Januari 2025, pukul 18.00 WIT di RS Magretti Saumlaki.  

Setelah kematian Mateus, salah satu rekan yang diperiksa bersamanya akhirnya mengungkapkan bahwa mereka telah dipukul oleh oknum polisi selama pemeriksaan. Kesaksian ini membuat pihak keluarga semakin curiga bahwa kematian Mateus bukan sekadar akibat malaria, melainkan akibat kekerasan yang dialaminya.  

Bahkan, pihak keluarga menyatakan bahwa sebelum kejadian ini, Mateus adalah anak yang sehat dan tidak pernah memiliki riwayat penyakit serius.  

Keluarga meminta untuk dirontgen dalam untuk memastikan dan mendiagnosis namun pihak rumah sakit menolak karena dengan alasan cuaca yang tidak memungkinkan untuk dilakukan proses tersebut.

Pihak Keluarga Menuntut Keadilan

Kematian Mateus Lambiombir kini menimbulkan protes dari keluarga dan masyarakat sekitar. Mereka menuntut transparansi dari pihak kepolisian dan meminta agar kasus ini diusut tuntas.  

Dengan adanya kesaksian dari rekan korban dan dugaan penganiayaan, keluarga korban berharap ada investigasi lebih lanjut untuk mengungkap penyebab pasti kematian Mateus. 

Editors Team
Daisy Floren

Populer Lainnya