Patroli Kepolisian di Kawasan Puncak Bogor untuk Cegah Pemerasan oleh Joki Jalur Alternatif
MAHATVA.ID - Jajaran kepolisian Kabupaten Bogor akan meningkatkan patroli di kawasan wisata Puncak, Jawa Barat, guna mencegah tindakan pemerasan oleh joki jalur alternatif. Langkah ini diambil setelah viralnya video seorang joki yang memungut tarif hingga Rp 850.000 dari rombongan wisatawan.
KBO Sat Lantas Polres Bogor, Iptu Ardian, menyatakan patroli akan melibatkan unsur Satpol PP dan masyarakat setempat untuk memastikan kenyamanan wisatawan selama libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
“Kami dari Sat Lantas dan Satpol PP akan melakukan patroli untuk mengantisipasi kasus seperti yang viral kemarin. Ini demi kenyamanan wisatawan,” kata Ardian di Simpang Gadog, Minggu (22/12/2024).
Untuk mendukung pengamanan, empat pos pengamanan telah disiapkan di Cisarua, Simpang Atta’wun, Simpang Gadog, Ciawi.
Sebanyak 689 personel gabungan dari berbagai unsur juga disiagakan di jalur wisata Puncak untuk memastikan liburan berjalan aman. Wisatawan yang membutuhkan bantuan dapat langsung menghubungi pos pengamanan terdekat.
Sementara itu, Kapolsek Cisarua, Kompol Eddy Santosa, mengungkapkan bahwa CN (40), joki yang terlibat dalam kasus tersebut, telah dibawa ke kantor polisi dan dikenakan sanksi wajib lapor.
“Kami proses hukum pelaku dan memberinya sanksi wajib lapor. Kami juga mengingatkan agar ia tidak mengulangi tindakan serupa,” ujar Eddy.
Ia juga mengimbau masyarakat sekitar untuk tidak memanfaatkan wisatawan secara berlebihan, apalagi memaksa mereka menggunakan jasa joki. “Hal ini penting untuk menjaga kenyamanan wisatawan selama libur Nataru,” tegasnya.
Kompol Eddy meminta wisatawan yang berkunjung ke Puncak agar mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak tergoda oleh tawaran jasa joki yang menjanjikan jalur cepat.
“Jangan mudah percaya pada orang yang menawarkan jasa 'lewat sini lebih cepat, saya kawal.' Ikuti saja aturan lalu lintas yang berlaku,” tambahnya.
Sebelumnya, sebuah video viral menunjukkan aksi pungli oleh seorang joki jalur alternatif terhadap rombongan wisatawan. Wisatawan dalam video tersebut mengaku dimintai tarif Rp 850.000, meski awalnya disebut pembayaran bersifat sukarela.
“Kami sepakat di awal seikhlasnya. Tapi kemudian diminta Rp 850.000, padahal saya hanya punya Rp 150.000,” ungkap pengemudi, yang masih berstatus mahasiswa dan merasa dirugikan.
Video berdurasi dua menit itu menampilkan perdebatan antara pengemudi dan joki, yang menggambarkan ketidakpuasan wisatawan terhadap praktik ini.