Siswa SD di Medan Dipaksa Duduk di Lantai Akibat Tunggakan SPP, Publik Geram dan Guru Diskors
MAHATVA.ID – Seorang siswa kelas IV SD Yayasan Abdi Sukma di Kota Medan, Sumatera Utara, menjadi pusat perhatian setelah video dirinya duduk di lantai kelas akibat menunggak uang sekolah selama tiga bulan viral di media sosial. Bocah berusia 10 tahun berinisial MI ini diduga dilarang mengikuti pelajaran oleh wali kelasnya.
Ibu MI, Kamelia (38), yang bekerja sebagai relawan Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP), tak kuasa menahan tangis ketika mengetahui anaknya diperlakukan demikian. “Saya lihat anak saya duduk di lantai, nggak boleh belajar. Saya nangis, ya Allah, kok begini sekali,” ujarnya, Jumat (10/1).
Kronologi Kejadian: Dari Libur Semester hingga Duduk di Lantai
Permasalahan bermula ketika pihak sekolah mengumumkan bahwa siswa yang belum melunasi SPP dan uang buku tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kamelia yang mengandalkan dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk membayar SPP, belum mampu melunasi tunggakan karena dana tersebut belum cair.
Pada 6 Januari 2025, hari pertama sekolah usai libur semester, MI langsung disuruh duduk di lantai selama jam pelajaran berlangsung. "Wali kelas bilang, 'Kan sudah saya bilang, yang belum bayar tidak dibolehkan ikut belajar.' Anak saya cuma duduk di lantai," ungkap Kamelia.
Respons Publik dan Tanggapan Sekolah
Kasus ini memicu gelombang perhatian publik. Beberapa pihak menawarkan bantuan melunasi tunggakan SPP MI. Sementara itu, Kepala Sekolah Yayasan Abdi Sukma, Juli Sari, mengakui adanya miskomunikasi antara wali kelas berinisial HRYT dan kebijakan sekolah.
“Tidak ada kebijakan yang menginstruksikan siswa duduk di lantai karena tunggakan SPP. Wali kelas membuat aturan sendiri tanpa konfirmasi. Kami sudah meminta maaf kepada orang tua siswa,” tegas Juli.
Saat ini, guru wali kelas tersebut telah diskors, dan pihak sekolah sedang mengkaji sanksi lebih lanjut.
Pelajaran untuk Semua Pihak
Kamelia berharap insiden ini menjadi pelajaran agar tidak ada lagi anak-anak yang dipermalukan karena kesulitan ekonomi. “Anak saya hanya ingin belajar. Tolong jangan perlakukan anak lain seperti ini,” ucapnya.