7 Lulusan SMK Negeri 1 Gunungputri terbang ke Japan, 180 Perusahaan di Bogor menjadi Mitra.

7 Lulusan SMK Negeri 1 Gunungputri terbang ke Japan, 180 Perusahaan di Bogor menjadi Mitra.

Smallest Font
Largest Font

Mahatvamediaindonesia.id, BOGOR – Berkat kedisiplinan dan sistem pembelajaran yang diterapkan Guru dengan maksimal, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 01 Gunung Putri, Kabupaten Bogor, berhasil menghantarkan 7 muridnya bekerja di Negara Jepang.
Sabtu, (06/05/2023).

“Alhamdulillah sekarang sudah 7 yang bekerja di jepang dari Jurusan Technologi dan lainnya. Kita bekerjasama dengan penyalur disana mereka di seleksi kemudian nanti ditentukan lulus atau tidaknya,” kata Kepala Sekolah SMKN 01 Gunung Putri, Juniartini, Sabtu (6/5/23).

Juniartini mengungkapkan, untuk target tahun 2024 mendatang, sebanyak 30 siswa lulusannya yang bekerja di Negara tirai bambu tersebut. Nantinya, setiap tahun harus bertambah jumlah lulusan yang bekerja disana. Alasan mendasar, selain banyaknya perusahaan yang membutuhkan Karyawan dan gaji yang besar, Jepang juga kekurangan penduduk.

“Target tahun depan 30 dari berbagai jurusan dan bertambah lagi setiap tahunnya. Kenapa jepang menjadi tujuan kerja, selain gaji yang besar, Jepang juga saat ini sedang krisis kependudukan. Artinya ini harus kita manfaatkan, karena kita kebanyak penduduk,” ujarnya.

Selain Jepang, beber Juniartini, untuk siswa juga bisa bekerja di wilayah setempat. Karena, SMKN 01 Gunung Putri sudah bermitra dengan 180 Perusahaan yang ada di Kabupaten Bogor.

“Untuk perusahaan yang sudah bermitra dengan SMKN 01 Gunung Putri sekitar 180 Perusahaan. Tetapi yang aktif mensuport kegiatan sekolah misalkan untuk Las ada Komatsu, Indocement dan masih banyak lagi,” jelasnya.

“Tapi yang selalu suport dari 180 hanya 70 Perusahaan yang sudah MoU Jadi setelah lulus dari SMKN 01 Gunung Putri sudah ada perusahaan yang siap menerima kerja. Tapi tidak 100 persen,” tambahnya.

Menurutnya, meski Standar Pelayanan Minimal (SPM) sudah ada untuk sarana dan prasarana kegiatan belajarnya, tapi akan terus ditingkatkan. Apalagi dengan kurikulum Merdeka Belajar ini, maka harus punya Capaian pembelajaran (CP) dan Acuan Target Pembelajaran (ATP) yang inovatif lagi.

“Di SMK itu CP dan ATPnya misalnya siswa Las kelas 10 sampai 12 itu harus bisa apa, selesai sekolah juga harus bisa apa. Jadi yang menentukan CP dan ATP nya itu guru di masing masing sekolah. CP yang sudah ditentukan itu nantinya akan di diskusikan dengan pelaku Industri yang bermitra dengan sekolah,” bebernya.

“Misalkan kelas Las bermitra dengan PT Komatsu, nah nanti ditanya kira kira yang dibutuhkan oleh Komatsu itu mata pelajaran apa sih, nih saya sudah membuat CPnya. Nanti di singkronkan dengan kebutuhan perusahaan,” lanjutnya.

Kantetapi, terang Juni, ada juga perusahaan yang tidak membutuhkan spesifik, yang penting siswa memiliki lebih dari satu kompetensi. Yang dimaksud lebih dari satu kompetensi itu misalnya jurusan las tapi dia harus juga bisa komputer.

“Yang penting anak SMK itu bisa memiliki kemampuan lebih dari satu kompetensi walaupun tidak detail dan ahli. Karena kalau ahli kan sudah ada Insinyur. Karena sudah masuk ke perusahaan Las belum tentu yang dibutuhkan itu tukang las, bisa saja bagian administrasinya,” terangnya.

Sehingga para siswa ditawarkan untuk adanya seritifikasi kompetensi. Ada dua kategorinya, yakni yang sertifikasi sesuai jurusan yang Linier dan Kompetensi Komputer Office dan masih banyak lagi. “Nah kedua Kompetensi itulah yang perlu kita diskusikan dengan pelaku Industri. Agar sesuai dengan kebutuhan Perusahaan,” tukasnya.

Editors Team
Daisy Floren